Awal mula berdirinya daerah Kampung Laut Cilacap

Cerita Prantean Minggat (orang yang dirantai), hingga asal - usul atau sejarah Kampung Laut Cilacap

Tentu saja masyarakat Kampung Laut akrab dengan sebutan "Prantean". Kata ini sering digunakan untuk menakut - nakuti anak kecil yang sedang rewel ataupun nakal. Saya sendiri sempat mengalami masa itu, dimana dalam dongeng sebelum tidur kerap sekali cerita prantean minggat menjadi salah satu dongeng favorit ibu saya untuk diceritakan kepada saya menjelang tidur. 
Rumah warga Kampung Laut
Kata "prantean" sendiri berasal dari kata Rantai mendapat akhiran an, itu dipakai untuk menyebut para tahanan ( napi ) yang berada di Nusakambangan. Kala itu para napi tidak dikurung di dalam ruang atau barak lapas, namun cukup diikat dengan rantai besi kedua kakinya, mereka dibiarkan beraktifitas dalam keadaan kedua kakinya dirantai untuk dipaksa bekerja di perkebunan Nusakambangan dengan pengawasan para petugas Lapas di Nusakambangan.  

Karena kedua kakinya diikat dengan rantai besi, maka masyarakat Kampung Laut dapat dengan mudah mengidentifikasi sebagai ciri-ciri napi yang kabur dari Nusakmbangan. Perkampungan Kampung Laut hanya berjarak sekitar 1000 meter dari tepi pantai utara Nusakambangan. Masyarakat Kampung Laut juga beraktifitas di pinggiran Nusakambangan, jadi secara langsung dapat berinteraksi dengan kehidupan yang ada dipinggiran utara Nusakambangan seperti menangkap ikan dan melintas sewaktu berperahu menuju daratan cilacap maupun Kalipucang. Tentu saja beragam kelakuan para napi tersebut, ada yang secara mengiba untuk minta tolong ataupun dengan kekerasan mengancam untuk dibawa kabur ataupun menghadang warga yang sedang melintas hanya sekedar minta makanan. Karena itu masyarakat Kampung Laut telah mengidentifikasi daerah Jumbleng sebagai zona berbahaya ketika akan melintas  ke Cilacap. Perahu yang melintas di daerah Jumbleng pasti akan menjaga jarak dengan tepian daerah Jumbleng .
Perahu transportasi Kampung Laut
Sampai sekarang saya dan banyak anak muda di Kampung Laut bertanya-tanya kenapa dahulu nenek-moyang kami memilih tinggal dikawasan yang sangat terpencil dari daratan. Kenapa tidak tinggal saja di daerah daratan Cilacap yang masa itu masih berupa hutan dan rawa-rawa? kenapa lebih memilih tinggal di kawasan Segara Anakan dengan membuat rumah - rumah panggung di tengah lautan? 
Menurut pitutur para sesepuh desa dahulu masyarakat Kampung Laut merupakan masyarakat asli Nusakambangan. Masyarakat Kampung Laut tinggal di daerah pasuruan bersebelahan persis dengan daerah lapas Kembang Kuning. Dahulu daerah ini dinamai dengan lempong Pucung, yang sekarang nama Lempong Pucung juga masih dipakai untuk penamaan administratif salah satu dusun di desa Ujungalang.  Di daerah Pesuruan ini juga banyak kita jumpai makam - makam para leluhur masyarakat Kampung Laut seperti makam Demang Wangsengrana dan makam Ki Jaga Laut. 


Dituturkan, ketika berakhirnya perang Diponegoro, Nusakambangan digunakan oleh pemerintah penjajah Belanda sebagai pulau penjara. Setali tiga uang, untuk kepentingan penerapan politik tanam paksa penjajah Belanda dan akibat dari over kapasitas penjara-penjara di pulau Jawa untuk menampung para tahanan perang pengikut pangeran Dipenegoro maka pulau Nusakambangan dijadikan Pulau Penjara. Masyarakat asli Nusakambangan yang tersebar di beberapa titik di Nusakambangan seperti Brambangan, Limus buntu, Jumbleng dan Lempong Pucung dipindahkan (diusir) ke beberapa daerah diantaranya ke Desa Jojok, Cilacap dan Kampunglaut. Khusus untuk masyarakat asli Nusakambangan dari Lempong Pucung itu dipindahkan ke Kampung Laut. 
Sungai di Kampung Laut
Memilih bermukim di kawasan segara anakan sebetulnya dahulu penjajah Belanda mengatakan Nusakambangan dipinjam untuk waktu yg tidak lama, nanti pada waktunya akan dikembalikan kepada masyarakat Lempong Pucung lagi. Untuk itulah masyarakat Kampung Laut menunggu daerah tersebut dengan membuat perkampungan ditengah laut yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari tepian Nusakambangan. Pertama kali dilakukan eksodus masyarakat menempati kawasan Karang Kobar. Tidak lama tinggal di situ, telah terjadi kebakaran hebat, sehingga satu kampung terbakar habis, yang karena peristiwa tersebut daerah tersedut dinamai Karang Kobar, lalu mereka pindah berpencar ke tiga titik, yaitu di Ujungalang membaur dengan para prajurit mataram yang tinggal di barak pengamanan di segara anakan, selain itu mereka juga ada yang tinggal di Muara Dua ( Panikel ) dan Karang anyar ( Ujung Gagak ). 
Warga Kampung Laut menimba "ngansu" air bersih menggunakan perahu tradisional
Itulah mengapa ada masyarakat yang tinggal dikawasan terpencil, bermukim ditengah laut dengan membangun rumah-rumah panggung. Kenapa mereka tidak tinggal saja di daratan Cilacap yang kala itu masih jarang penduduknya. Semua itu karena janji bohong penjajah yang membodohi masyarakat asli Nusakambangan di daerah Lempong Pucung.

Sumber: Kang Kustoro - Beliau adalah aktivis LSM & Ketua Karangtaruna Kampung Laut

Hormat saya

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Awal mula berdirinya daerah Kampung Laut Cilacap"

  1. Nice lah artikelnya, btw masih ada gag tuh prantean, ngeri juga dengernya....

    kalo masih ada takut juga apalagi wisatawan yang datang Buat Wisata Ke Kampung Laut

    BalasHapus